Bismillah.
Pembicaraan mengenai tauhid sangat penting dan bermanfaat. Karena tauhid adalah asas agama dan syarat diterimanya semua amalan. Tanpa tauhid, tidak ada amal ibadah yang bermanfaat bagi pelakunya di akhirat kelak. Oleh sebab itu salah satu pelajaran berharga dalam hal tauhid adalah bagaimana cara untuk men-tahqiq/merealisasikan tauhid itu.
Para ulama menjelaskan, bahwa tahqiq tauhid maknanya adalah membersihkan tauhid dari segala kotoran yang merusaknya; yaitu syirik, bid’ah, dan maksiat. Membersihkan syirik dengan tauhid, membersihkan bid’ah dengan sunnah, dan membersihkan maksiat dengan ketaatan. Ketiga hal inilah -tauhid, sunnah, dan ketaatan- poros kebahagiaan manusia. Semakin sempurna seorang hamba dalam mewujudkan ketiga hal ini maka semakin sempurna kebahagiaan yang diraihnya.
Merealisasikan tauhid tidak bisa dilakukan kecuali dengan landasan ilmu, keyakinan, dan ketundukan. Ilmu adalah pondasi amal ibadah. Ilmu sebelum perkataan dan perbuatan. Ilmu mencakup mengenal Allah, mengenal Islam, dan mengenal Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiga ilmu inilah pokok segala ilmu agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mewujudkan tauhid butuh pada keyakinan yang kuat. Sebab keragu-raguan merupakan penyakit kaum munafikin; yang mengucapkan dengan lisannya apa-apa yang tidak ada di dalam hatinya. Mereka mengaku dengan lisannya beriman kepada Allah dan hari akhir padahal sebenarnya mereka bukan termasuk kaum beriman. Kaum munafik menyimpan penyakit keraguan di dalam hatinya, maka Allah pun tambahkan penyakitnya kepada mereka. Oleh sebab itu dalam merealisasikan tauhid seorang muslim harus membekali diri dengan keyakinan yang kuat. Keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah dalam hal ibadah. Keyakinan yang kuat dalam hal kebenaran rasul dan wahyu yang beliau bawa. Keyakinan yang kuat tentang benarnya Islam dan batilnya agama selainnya. Keyakinan yang kuat terhadap akhirat dan hari pembalasan.
Mewujudkan tauhid juga butuh kepada ketundukan kepada Allah dan rasul-Nya. Sebab hakikat islam itu adalah kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya. Setiap muslim harus patuh kepada perintah dan larangan Allah dan rasul-Nya. Ketaatan kepada rasul merupakan ketaatan kepada Allah. Ketaatan kepada rasul merupakan sebab masuk ke dalam surga. Menentang jalan rasul merupakan sebab kebinasaan dan kesengsaraan umat manusia.
Merealisasikan tauhid berarti mengikhlaskan ibadah untuk Allah semata dan membersihkan hati dari niat-niat yang kotor dan hina. Merealisasikan tauhid berarti mengenali syirik besar dan kecil serta berusaha keras untuk menjauhinya. Merealisasikan tauhid berarti mengenali dosa besar dan dosa kecil lalu meninggalkan dan bertaubat darinya. Merealisasikan tauhid berarti meninggalkan maksiat dan bid’ah serta menghiasi diri dengan sunnah.
Orang yang merealisasikan tauhid sangat takut terjerumus dalam syirik dan pembatal-pembatal keislaman. Orang yang merealisasikan tauhid takut dirinya terjangkiti kemunafikan. Orang yang merealisasikan tauhid tidak menganggap dirinya suci dan bersih dari dosa. Orang yang merealisasikan tauhid tidak merasa aman dari makar Allah. Orang yang merealisasikan tauhid tidak berputus asa dari rahmat Allah. Orang yang merealisasikan tauhid akan selalu mensyukuri nikmat Allah dan sabar dalam menghadapi musibah dan bencana. Orang yang merealisasikan tauhid akan menghiasi lisan dan hatinya dengan taubat dan istighfar.